Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

puisi " Iqra"

IQRA’                 Bacalah                 Bacalah apa yang ada dihadapanmu                 Bacalah apa yang ada disekitarmu                 Bacalah apa yang kau lihat                 Bacalah apa yang kau dengar                 Bacalah apa yang kau rasa                 Bacalah hentakkan tariannya yang penuh kegembiraan                 Bacalah air matanya yang mengalir tiada batas                 Bacalah hatinya yang terbakar mentari hingga aliran darahnya yang  memuncak                 Tuhanmu telah mengajarmu dengan pena                 Gurumu telah menuntunmu hingga sampai diperbatasan                 Alampun mendongengkan hikayatnya dengan penuh kehikmatan                 Kisahku, kisahmu dan kisah mereka adalah tontonan yang menjadi tuntunan                 Rahman dan rahim akan terpancar dalam kebahagiaan                 Al Karim akan tersurat dalam duka nestapa                 Al Hakim akan merasuk dalam gundah gulana                 Maka b

puisi jabatan di persimpangan

Jabatan di persimpangan Dalam  diam kutatap persimpangan Bibirku terkatup... tak dapat kurangkai kata Tapi hatiku bergulat dengan qalbuku Nuraniku bersitegang dengan akalku Pikirku merasuk jiwaku Mengapa  insan rela melepas pertemanan Sahabat jadi musuh dalam selimut Musuh jadi  sahabat  dalam lipatan Hanya karena sebuah jabatan Kepura-puraan  menjadi makanan penghidang Basa-basi menjadi  gincu di setiap kesempatan Sikut kanan sikat kiri Apapun halal peduli setan Mereka lupa ...jabatan hanya sebuah  fatamorgana Hanya sementara dan  takkan abadi Semakin dikejar jabatan  maka akan membuat  manusia Semakin jauh dari kata syukur Semakin jauh dari kata hati Semakin  jauh dari rasa kemanusiaan Semakin jauh dari rasa persaudaraan Dan pada akhirnya semakin jauh dari Tuhan 

puisi

Sang surya telah terbenam Seketika  langitpun  menjadi gelap Awanpun menjadi kelabu Petir punbersahut-sahutan seakan ingin suaranya di dengar  sampai ke pintu langit Alampun menjadi mencekam dan menakutkan Kakikupun menjadi rapuh  bagai tak bertulang Tubuhkupun menjadi lunglai  Jantungkupun berdetak kencang bagai roda kereta  yang berlari begitu cepat Kerongkongankupun bagai tercekik sehingga tak mampu keluar satu patahpun Akupun hanya bisa menatap sang surya terbenam tanpa bisa menahannya Kini sang  surya tak terbit lagi Tak ada lagi yang menyinariku Tak ada lagi yang memberi cahaya kehidupan Tak ada lagi yang memberi kehangatan untukku, ibu, dan adik-adik Selamat  jalan ayah nantikan kami di pintu surga

Bersyukur

 Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah mensyukuri nikmat Allah secara sederhana itu mudah, jangan  pernah mengeluh apa lagi merasa kurang terhadap apa yang sudah Allah berikan untuk kita, walaupun itu cuma sedikit. karena semakin kita merasa kurang maka yang muncul adalah perasaan gundah gulana,  kita. cuma bisa menyalakan orang lain bahkan bisa juga menyalahkan Allah.  rasa syukur itu muncul ketika kita merasa senang dan merasa cukup atas apa yang telah Allah berikan. ketika perasaan cukup muncul maka kita akan bersyukur, semakin kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nilmat kepadakita. karena sesungguhnya bukan masalah sedikit atau banyak nikmat yang Allah berikan. tapi kufur nikmat itu muncul karena kita tidak pernah menghargai pemberian manusia ataupun pemberian Allah

KEMATIAN

Ajal tak ada yang tahu kapan dia akan datang menghampiri Tiba-tiba dari atas muncul suara gaduh yang kukira suara kucing berantem, tapi ketika kuhampiri tangga terlihat Sita tergopoh-gopoh turun dari kamarnya yang terletak di lantai 2. Dengan sigap dia menuruni anak tangga satu per satu sambil menggendong Fia; anaknya yang baru berumur 1 tahun. Faqih sang suami pun mengikuti dari belakang. “MbakMbak..mbak ayahku meninggal barusan mama telpon.” Sita cerita sambil terisak. Sita adalah adik iparku, kami tinggal satu rumah. Innalillahi, dengan cepat kuambil alih Fia dari gendongan ibunya, aku takut Sita panik pasti bahaya bagi anaknya. Kuusap-usap punggungnya sambil berbisik “Sabar ya…tenangin diri dulu baru ke rumah ayahmu.” Sita semakin terisak. “Ya Allah, semalam baru pergi makan malam bersama, kemudian ketika pulang dia mengeluh kakinya sakit. Saat itu mama langsung mengajak ayah ke dokter, tapi beliau tidak mau. Sesampainya di rumah, beliau langsung tidur dan ketika subuh dibangu