Langsung ke konten utama

Sedekah yang sia-sia



Sedekah yang  Sia-sia

                Laju suara roda  kereta begitu terasa  karena kami ada di gerbong belakang, rasanya  lelah  tak dapat ditolerir  penat tak dapat  ditawar  tapi entah  kenapa   ada magnet yang  menarik begitu  kuat     untuk  kami  meanjenguk  om  Anwar  yang  tergolek  sakit  di rumah  sakit  Cirebon, sengaja  aku  dan   ka Faisal suamiku  dengan  berat  hati iziin  dari  kantor , karena  sudah dua minggu  ini  kami  selalu  izin satu hari dan ini kali  ke tiganya  kami izin  kembali. Entah  kenapa  suamiku bilang  kita  harus menjenguk  om Anwar besok, “ rasanya badanku masih capek  pah  “ "Cuma  sehari”  dengan  tegas  yang berarti  tidak  ada  penawaran  akupun  langsung  mengiyakan.
                Tanpa  terasa  tibalah  kami di Stasiun  Cirebon, udara  yang  tidak bersahabat  seperti  biasa cirri khas  Kota  Cirebon  Panas  menyegat, rasanya  lebih  panas  dari  Jakarta, dengan  sedikit terburu-buru  kamipun  menuju  pangkalan  becak, walaupun  Cuma  sebentar  ternyata enak juga  naik becak apalagi di Jakarta sudah  pension angkutan  ini, yah itung-itung naik  angkutan  langka.
                Tiba  di Rumah sakit  kami langsung naik lift  menuju  lantai 3 tempat  adik suamiku  juga  dirawat, kami  lebih  dulu  menuju lantai 3 karena ia dirawat  di ruang UGD  yang masih berlaku  jadwal  pengunjung  jadi  kami takut  habis  waktu  berkunjung  sedang  waktu  hanya  tinggal  tiga puluh  menit  lagi, sementara  om  Anw ar  sudah  keluar  dari ruang UGD dan sekarang  ada  di ruang  perawatan  jadi  kami  masih  bisa  bebas  menjenguk  tanpa   jadwal  pengunjung. Setelah  selesai menjenguk  fadli  adik  iparku  kamipun  segera  menuju  lantai  satu tempat  om Anwar dirawat,. Di  kamar  om Anwar  dia  tergolek  tak  berdaya  dan  sepertinya  tidak  sadar, tapi  di kamar  sepi  hanya  ada ibunya  om Anwar, kutanya dimana  tante may ternyata di Mushollah, kamipun langsung  melangkahkan kaki  ke mushollah untuk  sholat  zuhur, selesai  sholat akupun  memanjakan  kakiku yang  lumayan lelah, ruang  mushollah  yang  nyaman  luaas  dan  bersih  membuat  kami  bertahan  lama disini  dan tiba-tiba  tante  may lansung  menembakku  dengan  kebingungannya, “dilah  gimana ya bayarnya? Tante sudah  di tanyain petugas  administrasi.”  “maksudnya gimana/”  tante May pun  langsung  menjawab  kebingunganku “ Om Anwar kan  sudah  dua hari  keluar  dari  ruang UGD, sekarang  di ruang  perawatan, bagian  administrasi  menagih  pelunasan  pembayaran selama di UGD”  “berepa te?”  “ ini di tagihannya  15 juta” “tante  belum  cicil sama sekali?” tanyaku dengan hati-hati “ cicil darimana?  Kemarin saudara  pada ngasih  dan tetangga  semuanya untuk  menebus  obat, disinikan  tiap   hari  nebus  obat, kemarin  aja nebus  obat  sampai  2 jt, ya  kalau  dihitung-hitung  10 hari  disini  nebus  obatnya  lebih  dari  10 juta “ ya  aku  maklum  sekarang  hampir  semua  rumah sakit membolehkan  pembayaran kamar dan  dokter  setelah  selesai  perawatan tapi  untuk  obat  mereka langsung  memberi  resep, pihak  rumah sakit  takut  ada  pasien yang kabur, tapi  kita  tidak bisa  menyalahkan  pihak  rumah  sakit  secara sepihak  kadang-kadang  ada saja oknum  pasien  yang seperti  itu tidak mau  membayar  beaya  rumah sakit. Sudah ah  gak usah panjang-panjang  ngomongin  tentang  rumah sakit  kita  kembali  ke tante  May” Te, bukannya  kemarin  om Is kemari  dan  membawakan uang  untuk tante 5 juta trus  istrinya juga bawa 5 juta? “ dengan  sedikit emosi tante  May langsung  menjawab “ Demi Allah , waktu  istrinya datang  kasih  tante  1 juta, trus kak Is  datang  kasih  3  juta” dengan  berapi-api  tante  may melanjutkan “ Padahal  waktu  dia  datang dia bilang, sudah May  jangan dipikirin  nanti  semua beaya  aku  yang  tanggung”  kak  Faisal  suamiku  juga langsung bereaksi “Kok  bisa-bisanya  di Jakarta  dia cerita, istriku  sudah bawa  uang 5 juta untuk  May, kemarin  ak juga sudah  kasih  5 juta?”” Te, kalau  dia  janji  mau melunasi  beaya  rumah sakit om Anwar ,kenapa tante  gak  langsung  telpon dia sekarang?” pikirku dengan cepat, Tante  May pun langsung  mengeluarkan HP dari dalam  tasnya. Dengan  nada pelan  dan takut  iapun  menghubungi  kakaknya  yang  ada di Jakarta “ Kak, saya sudah  ditagih  bagian  administrasi, karena sudah keluar  dari  ruang UGD” tante Maypun meloud speaker  sura HP nya , terdengar suara  Om  Is dari sini “ Memangnya  berapa beayanya” “ 15 juta “ terdengarlah  dialog  mereka  berdua, “ Ya gimana ngirimnya? Kamukan gak punya  rekening  bank?” aku  langsung  membisikkan tante May  “ transfer  ke rekening  aku  aja, aku  ada  disiini,, tante  Maypun  mengatakan  seperti  yang  aku bilang “ ya sudah  sebutkan  no.reke ning  dilah  nanti  aku  transfer” maklumlah tante May tinggal  di desa yang  memang  jauh  dari kota so  dia malas  buka  rekening  bank, jadi  selama  ini  transaksi  keuangan  dilakukan melalui  kantor  pos yang  letaknya memang  tidak  jauh  dari rumahnya.
                Matakupun langsung mengitari  sekitar  rumah sakit  untuk mencari  gerai ATM, akupun  bergegas untuk menarik tunai disana, setelah  selesai segera kuhampiri tante May, “ te, langsung dibayar  aja” “ yok kita  ke bagian administrasi” setelah  membayar  ke bagian administrasi tante Maypun langsung  menghubungi  Om Is “ Kak, uangny a sudah  diterima dan sudah dibayar sisanya  masih  10 juta lagi  kak” tanpa  diduga dari hp terdengar  suara agak tinggi  yang  langsung  menarik  perhatian  aku dan ka’faisal  ke arah  hp “ ya kamu  jangan  bergantung  cumasama saya , kakakmu  bukan Cuma saya, minta dong  sama kakak  yang lain “ dengan  suara  menahan  tangis  tante May tetap menjawab “iya  kak” setelah mematikan hpnya  air mata tante May langsung  tumpah “ kamu  dengar sendiri  kan dilah, sebenarnya tante malu harus  minta sama saudara,tapi karena  tante gak  punya  terpaksa” sambil  mengusap dada tante may, aku  berusaha  menguatkannya “ sabar te, jangan  dimasukin  ke  hati, yakin Allah  ngasih  cobaan  pasti  ada jalan  keluarnya” “ aduh  dilah tante sih  gak  sakit  hati walaupun  dibentak emang  tante butuh” tante  may menariik  napas “ Ya  Allah jangan  sampai  aku sakit jadi nyusahin orang lain, kalau mau mati  langsung aja cabut  nyawaku” sudah  te, sekarang  siapa yang mau  kita  telepon  kalau  ayahku  gak mungkin  dia sudah gak kerja”  “gimana  kalau  nelpon  om Ahmad ?”  ka Faisal memberi  ide, tanpa pikir panjang  tante May  langsung memencet  tombol Hpnya, tak berapa lama dia tersenyum  kecut, “ pulsanya habis…”  akupun  langsung  memberikan hpku  “ kak, saya sudah ditagih bagian administrasi, kak Is  sudah kasaih 5 juta trus dia suruh minta sama kakak yang lain” Tante may menjawab kembali “ kurang 10 juta kak “ tiba-tiba tante may langsung memberikan hp padaku “ Om Ahmad mau ngomong “ “ kenapa Om? Oh om transfer saja ke rekeningku nanti aku smsin no.nya “ dia bilang apa dilah?” “nanti dia mau kirim tunggu sebentar “ dengan agak gelisah ka’Faisal mengingatkan  “ dilah kita mau naik kereta jam 3 bilang sama om Ahmad  transfernya sekarang, ini sudah jam dua “ “sabar pa, dia mau rembukan  dulu sama anak-anaknya”  jarum  jam sudah  bergeser di dua tiga puluh, tapi  belum  ada kabar dari om Ahmad “ pa,n kayaknya  kita gak keburu kalau naik  kereta jam 3.00, sekarang aja om Ahmad belum telepon, sudah kita naik yang jam 6.00 “ dengan agak berat ka` faisal menganggukan kepala. Tepat jam 3.00  om Ahmad menelponku “  Dilah  om dan anak-anak akan transfer  8 juta, nanti bang faisal ke ATM “ “iya Om makasih banyak “ “ Te, Alhamdulillah om Ahmad mau kirim 8 juta” “ Ya Allah gak nyangka ya, tante pikir paling dikirim 5 juta,eh malah 8 juta” “ yang namanya rezeki itu emang gak diduga” sahutku “ yang janji mau melunasi  malah gak yah Dil” terlihat mata  sayu itu berbinar kembali “Te, aku sama ka” Faisal  ke ATM yah” kami pun berjalan dengan santai menuju gerai ATM kembali.
                Setelah mengecek  ternyata Om Ahmad belum transfer, kamipun  mengambil tempat di depan halaman Rumah sakit, sambil menunggu akupun menelpon ayahku , belum lagi aku laporan apa yang terjadi disini, ayahku langsung  menyerbuku dengan pertanyaan-pertnyaan “ Dilah  memangnya beaya rumahsakitnya om Anwar 15 juata?” “iya” “ katanya Om Is yang ngelunasin semua ? “ dengan mata terbelalak aku tersentak  “ kata siapa?” barusan dia ke  rumah sambil  marah-marah  padahal saudaranya banyak  tapi  tetap saja saya juga yang melunasi  beaya rumah sakit Anwar , saya bisa bangkrut ni  Kak, istriku juga sudah marah-marah, mana yang lain Cuma ngasih sekedarnya saja” ayahpun melanjutkan pembicaraannya “ dia mau  nyuruh si May jual saja warisan si Anwar di kampong” aku  langsung tidak focus dengan  pembicaraan  ayahku, batinku  berontak, astaghfirullah hal azim ada yah manusia seperti ini, ngasih sedikit sambil marah-marah tapi cerita ke orang lain  dia yang melunasi. Setelah kututup Hpku  aku menceritakan kembali ke ka’ Faisal  apa yang ayah ceritakan, dia hanya meanggealeng-gelengkan kepalanya.
                Setelah menunggu  satu jam bang Amir putra om Ahmad menghubungiku kalau dia sudah mentransfer  uangnya, akupun langsung membuka rekeningku tapi tak bisa di ambil sampai kucoba tiga kali tetap tak bisa, baru ku ingat transaksi melalui  ATM silver hanya bisa 5 juta. Langsung saja kutemui bagian administrasi  untuk menggesek  kartu di sana, Alhamdulillah semuanya berjalan lancar  diluar dugaan. “ Dilah, makasih yah, untung ada kamu kalau gak tante gak ngerti  transfer-transferan jadi semuanya sudah lunas, rasanya plong banget”  baru sekarang kulihat senyum tante mengembang.
                “Te, smuanya sudah beres kami mau langsung pulang, ini sudah jam 5” pamitku  “ iya hati-hati “  
Pukul 22.00 akhirnya tibalah kami di Jakarta, baru saja ku masuk rumah ibuku mengabarkan " dilah, baru saja Tante May telpon om Anwar meninggal " tubuhku lunglai bak tak bertulang " innalillahi wa innailaihi roji'un " ucapku lirih. Ka Faisalpun langsung menyambung " Smua sudah di atur Allah, kita yang digerakkan untuk menyelesaikan urusannya"

               






Janganlah membuat sedekah yang kita lakukan menjadi sia-sia.
Seperti Firman Allah dalam QS. Al BAqarah  ayat 264 yang artinya

          
264.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168].

[168]  mereka Ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
                   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Kelas XII, Kajian QS. ALiImran/3 : 190-191 dan Hadis tentang Berpikir Kritis,Objektif, dan seimbang

BAB 1 Kajian Q.S. Ali Imran/3 : 190-191 dan Hadits tentang Berpikir Kritis, Objektif, dan Seimbang Kompetensi Dasar 1.1      Terbiasa membaca Al-Quran sebagai pengamalan   dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis. 2.1      Bersikap kritis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3 : 190-191, serta hadits terkait. 3.1      Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3 : 190-191, serta hadits tentang berpikir kritis. 4.1.1    Membaca Q.S. Ali Imran/3 : 190-191, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf. 4.1.2    Mendemostrasikan hafalan Q.S. Ali Imra/3 : 190-191 dengan lancar. 4.1.3    Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang orang berakal ( ulil albab ) sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3 : 190-191. A.   Kajian Q.S. Ali Imran/3 : 190-191 tentang Berpikir Kritis, Objektif, dan Seimbang. 1. Bacaan إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّي

MAteri kelas XII-kajian QS.Ali Imran/3 :159 dan Hadis tentang Demokrasi dalam Islam

BAB 2 Kajian Q.S. Ali Imran/3 : 159 dan Hadits tentang Demokrasi dalam Islam Kompetensi Dasar 1.1      Terbiasa membaca Al-Quran sebagai pengamalan   dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap demokratis. 2.1      Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3 : 159, serta hadits terkait. 3.1      Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3 : 159, serta hadits tentang bersikap demokratis. 4.1.1    Membaca Q.S. Ali Imran/3 : 159, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf. 4.1.2    Mendemostrasikan hafalan Q.S. Ali Imra/3 : 159 dengan lancar. 4.1.3    Menyajikan keterkaitan antara demokratis dengan sikap tidak memaksakan kehendak sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3 : 159.      A. Kajian Q.S. Ali Imran/3: 159 Tentang Demokrasi dalam Islam     1. Bacaan فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِك

Materi QS. Lukman ayat 13-14

BAB 3 Kajian Q.S. Lukman/31 : 13-14 dan Hadits tentang Konsistensi Beribadah sebagai Perwujudan Syukur kepada Allah swt Kompetensi Dasar 1.2   Meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk beribadah dan bersyukur kepada Allah swt. 2.2Berbuat baik kepada manusia sesuai perintah Q.S. Lukman/31: 13-14, serta hadits terkait. 3.2      Menganalisis dan mengevaluasi makna   Q.S. Lukman/31: 13-14, serta hadits tentang kewajiban beribadah dan bersyukur kepada Allah swt. 4.2.1    Membaca   Q.S. Lukman/31: 13-14, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf. 4.2.2    Mendemostrasikan hafalan Q.S. Lukman/31: 13-14 dengan lancar. 4.1.3    Menyajikan keterkaitan antara kewajiban berbadah dan bersyukur kepada Allah swt.dengan berbuat baik kepada terhadap semua manusia   sesuai pesan   Q.S. Lukman/31: 13-14 A. Kajian Q.S. Lukman/31: 13-14 Tentang Konsistensi Beribadah   sebagai Perwujudan Syukur kepada Allah swt.         1.Bac